Hujanku, Kecilku

HUJAN

Ada banyak ungkapan yang pernah aku dengar dan baca mengenai satu kata ini. Salah satunya mengenai kenangan.

Yaa, “hujan” dan “kenangan”.

Bagiku memang bukan hal aneh memang, jika banyak orang berpikiran begitu. Karena hujan adalah satu moment. And, yang namanya moment pasti ada kejadian. Entah kejadian biasa, luar biasa, atau sangat luar biasa. Aku pun yakin, di setiap hujan ada satu kenangan untuk masing-masing orang.

Tak terkecuali aku.


Usia aku sudah menginjak 20 tahun. Entah berapa kali aku bertemu dengan hujan. Sudah tak terhitung jumlah pertemuanku dengannya. Aku sendiri tak pernah menggerutuki jika dia ada. Walaupun, pernah sekali aku nyaris dibawa terbang akibat kolaborasi dahsyatnya dengan angin.

Huwaaa, kalo bicara tentang hujan. Aku selalu teringat dengan masa waktu aku kecil dulu.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Tapi saat itu, aku belum memiliki adik. Otomatis, aku merasa menjadi anak yang paling dimanja waktu itu. ^_^)) Hohoo

Oh iya, Bapakku seorang tentara. Beliau sangat gagah saat berangkat ke kantor dengan seragam hijau, badan tegap, dan tinggi. Aku sangat suka menungguinya pulang kantor di depan pintu. Biasanya sambil main boneka dan masak-masak. Tapi berbeda, jika hujan turun. Aku akan berganti tempat menungguinya di balik jendela ruang tamu.

Selain alasan menunggu Bapak. Betahnya aku berlama-lama di balik jendela itu yaa untuk melihat genangan air yang terkena air hujan dan membentuk lingkaran kecil lalu membesar dan menghilang, lalu berulang lagi. Aku tidak tau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ataupun Kamus Istilah, itu namanya apa. Tapi, aku nemu gambarnya.


Lihat kan, yang titik kecil lalu membesar ?

Nah, itu yang aku suka ! ^_^ Gak tau kenapa. Pokoknya, suka aja memerhatikan hal tersebut pas hujan sambil menunggu Bapak pulang.

Menurutku, hal itu cantik dan menakjubkan. Rasanya, jika fokus melihat pergerakan jatuhnya titik hujan yang membuat lingkaran besar seperti itu yaa akan membawa rasa damai dan tenang. Tapi terkadang, rasa damai dan tenang tersebut merasuk lebih dalam mengantarkanku ke zona kenyamanan. Saking nyamannya, biasanya aku tertidur di kursi ruang tamu sambil memeluk boneka Doraemonku (sekarang gak tau ada dimana dan yang ngambil siapa). Dan, tetap sambil berharap Bapak lekas pulang.

Hmmm, agak mellow yah ?. Tapi emang gitu. >_<))/

Aku tuh takutnya, Bapakku kehujanan terus sakit, dan sebagainya. Lagian, aku juga perempuan. Tingkat kekhawatiran dan perhatian tinggi itu wajar. Tapi lucunya, kalo pas Bapak udah pulang aku langsung lari ke kamar. ^_^))”> Tapi biasanya sih aku sengaja lanjutin tidur, supaya digendong masuk ke kamar.

Aisshh, agak aneh juga. Di hari Ibu ini aku malah ngomongin Bapak aku. #abaikan

Yang jelas. Aku sangat menyukai hujan. Bukan hanya karena, dia menyimpan kenangan untukku. Tapi juga yaa hujan selalu membuat aku merasa tenang. Sejuknya hembusan angin, terpaan biasan air hujan, suara hujan, dinginnya hujan, dan aroma tanah sebelum ataupun sesudah hujan, semua itu merupakan hal menyenangkan. Bahkan, seharusnya patut disyukuri, karena itu bagian fenomena alam yang indah Tuhan berikan.

Bahkan pernah, aku hampir nangis saking kesalnya. Pas urus KRS (lupa semester berapa). Udah nilai E nyelip, mau ambil satu mata kuliah opsinya gak ada, nunggu PA dari jam 9 sampe jam 12 gak nongol, bolak balik (kost-kantor PA-fakultas) jalan kaki, kaki sudah lecet karena gak pake kaos kaki >_<))!

Untung dan puji syukur. Setelah tuh urusan selesai. Eh, hujan turun. Gak deras, cuma gerimis dan ada anginnya. Sejuk dan menenangkan sekali. Dalam hati aku cuma berucap,

"Terima kasih Tuhan. Hujan yang kau turunkan sekarang sudah bisa membuatku semangat lagi"



Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komentar di BlogKuJie ^^