Dahulu kala, tepatnya sekitar tujuh tahun yang lalu. Ada
seorang anak gadis, berpenampilan biasa saja, memiliki tingkat pengetahuan yang
biasa saja, tapi bisa lulus tes di sekolah SMA terfavorit di kotanya. Ia bernama Sofhy Haisyah. Tinggi sekitar 155 cm,
berkulit sawo matang, alis tersambung, dan memiliki cacat lesung pipit (cuma
satu buah).
Gimana ? Pembukaan ala-ala cerita dongengku udah bagus belum
? ^_^))”> Soalnya, awal Februari ini entah kenapa muncul niatan untuk bisa
buat cerita anak dan dimuat di koran (AMIIEN). Mungkin saja, karena aku
terinspirasi dengan salah satu blogger sekaligus peserta yang mengikuti
Giveaway Nostalgia Putih Abu ini juga.
Oh iya, seperti yang tersirat barusan, aku juga menjadi
peserta Giveaway Nostalgia Putih-Abu, dan postingan inilah yang aku ikutkan dalam giveaway
tersebut. Berbicara tema yang diangkat, bagiku sangat menarik yaitu : Nostalgia Putih-Abu atau SMA.
Sebagian besar orang pun tahu jika masa SMA ialah masa yang cukup banyak menorehkan kenangan indah, tidak terkecuali aku. Belum lagi, jika ada tantangan yang meminta menuliskan nostalgia SMA padahal sudah lewat bertahun-tahun, lumayan bisa melatih otak untuk mengingat sesuatu yang indah tersebut. Pertama kali aku belajar blogging pun, postingan pertamanya aku isi dengan cerita teman SMA dan guruku. Tidak percaya ? Cek aja di "Blog Archive" paling bawah ^_^))”>
So, langsung aja kali yaa ceritain 1001 kisah remaja versiku
di SMA dulu ^_^))/
Mendaftar Saat Terkena Cacar Air
Aku masih ingat sekali, sepulangnya aku dari rumah sakit
buat periksa kulitku yang terkena cacar, Ibu yang waktu itu aku minta tolongi
buat urus pendaftaranku langsung menelpon untuk aku segera datang ke sekolah
yang aku ingin masuki. Alasannya, pendaftaran ini ada tes mengaji-nya, jelas
lah Ibu tidak bisa gantikan aku mengaji juga ^_^))”>. Jadilah, dengan
keadaan seluruh badan dan muka bentol-bentol, aku ke sekolah itu.
Bersua dengan senior yang aku suka di SMP
Selepas kegiatan MOS dilakukan selama seminggu, aku yang
berjalan menyusuri gerbang sekolah tak sengaja mengunci pandangan pada
seseorang. Seseorang yang sudah aku suka selama dua tahun masa SMP-ku, Kak
chubby ^_^))”> Senang ? Jelas ! Setidaknya aku punya sesuatu disekolah ini
yang bisa menjadi sumber energy-ku buat belajar #halaahh. Walaupun yaa, sampai
lulus SMA pun tetap jadi sebatas adik-kakak kelas saja.
Laboratorium Sekolah, Kelasku
Tahun masuknya aku di sekolah itu, menjadi tahun dimana
sekolah tersebut sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan. Jadilah,
beberapa kelas lama direnovasi sehingga jumlah kelas belajar yang tersedia pun
berkurang. Oleh karenanya, kelas X1, X2, an X3 ditempatkan di laboratorium (aku
kelas X2). Meskipun sedikit pengap karena jendelanya tidak bisa dibuka, tapi
kelasku menjadi spot yang terbaik untuk melihat senior yang sudah aku ceritakan diatas.
Karena samping kelasku ialah tempat parkir, dan melihat si dia parkir dan
memperbaiki dasinya di spion motor menjadi pemandangan di pagi hari yang indah
buat mataku ^_^))”>
Ikut PMR, Tapi Beberapa Bulan Keluar
Aku sempat mengikuti ekstrakulikuler PMR di SMA, tapi karena
jengah terlalu banyak aturan yang tidak masuk akal, jadi aku putuskan mundur.
Aku bukannya tipe orang yang tidak mau diatur, tapi bagiku jika ada aturan yang
dibuat tapi toh cuma dibuat-buat saja untuk kepentingan pihak atas, busuk
banget lah buat aku. Jadi, mending mundur saja daripada terikat dengan sesuatu
yang konyol dan terlalu sok kuasa kayak gitu.
Hari Pertama Tahun Ajaran Sudah Ujian
Sebelum penaikan kelas XI, pihak sekolah meluangkan satu
hari untuk siswa kelas X melaksanakan psikotest. Hasil psikotestku menunjukkan
bahwa minatku di bidang IPA, tapi saat konsultasi ke wali kelas dulu, aku masih
ingat menuliskan pilihan IPS untuk jurusan saat naik kelas XI nanti. Alasannya
cukup mainstream, karena jurusan IPS pelajaran matematikanya kurang ^_^))”>
Lalu, sampailah hari pertama tahun ajaran baru, aku berdiri
di papan pengumuman mencari nama dan kelas mana aku ditempatkan. Sempat
berpikir jika aku tidak naik kelas, karena sudah berlembar-lembar kertas yang
tertempel tidak aku temukan namaku. Hingga akhirnya sampai ditempelan kertas
terakhir, kelas XI IS 4. Namaku ada diurutan 12. Hal yang terpikir pertama
kali, aku ditempatkan di kelas IS (IPS) yang terkenal dengan menjadi siswa bandel, bagian terakhir pula. Well, aku pun
berusaha sabar dengan satu fakta pagi itu.
Lanjut dengan pencarian kelas, aku sedikit bingung karena
tidak tahu kelas XI IS 4 itu dimana ?. Kebetulan, aku bertemu dengan teman SMP
yang ternyata sekelas denganku, langsung dong aku diantar ke kelas. And, kesan
pertamanya ? Seperti kelas buangan. Paling belakang, paling sudut, belum
tersentuh renovasi, jendelanya ada yang bolong, suram karena gelap dan lampu
tidak bisa menyala, dan bonus aroma tertentu dari rumah warga yang ada dibalik
dinding batas sekolah. Lengkap sudah ujian di hari pertama tahun ajaran
baru itu.
Back To Laboratorium
Kelas sebelumnya yang bernuansa suram akhirnya tersentuh
renovasi, oleh karenanya aku dan semua penghuni XI IS 4 pun berhijrah untuk
menempati kelas yang baru, laboratorium. Yups, aku kembali menempati
laboratorium sebagai kelas sementara. Tapi puji syukur, laboratorium biologi
yang aku tempati tidak pengap kayak laboratorium Fisika yang aku tempati saat
kelas X2.
Bersembunyi Di Kolong Meja
Jika Senin pagi diadakan upacara, Selasa sampai Sabtu
diadakan apel pagi. Untuk bisa menghindari ikut apel pagi di lapangan,
pura-pura sakit dan pura-pura sedang menstruasi merupakan alasan yang paling
banyak siswa gunakan. Alasan seperti itu pun terkadang berhasil pada sebagian
guru, tapi pagi itu yang piket guru yang cukup galak dan tidak bisa dibohongi.
Aku dan temanku, agak malas mengikuti apel pagi itu. Dengan
menutup pintu, korden jendela, dan pura-pura duduk sambil tiduran bisa jadi
alasan yang sempurna sedang sakit atau tidak enak badan. Mengetahui bahwa yang
piket adalah Ibu guru itu, jelas membuatku berpikir bahwa berpura-pura sakit
tidak akan meloloskan kami.
Jadilah, saat terdengar suara hak sepatu yang menuju ke
kelasku, aku langsung bersembunyi di kolong meja guru yang memang ukurannya cukup besar dengan taplaknya cukup besar juga. Sedangkan temanku, meskipun aku
dengar ia sudah menjelaskan sedang tidak enak badan, dia tetap disuruh keluar
untuk apel. Lalu aku, dengan jantung yang berdetak seperti ingin keluar tetap
berharap agar guruku itu tidak berinisiatif untuk mengangkat taplak meja guru,
dan harapan itu terkabul ^_^))”>
Mulai Mengumpat
Saat menginjak remaja, lingkungan yang paling berpengaruh
bukanlah keluarga lagi melainkan lingkungan teman sebaya atau bermain. Seperti
yang aku ceritakan di awal bahwa kelasku rada-rada mirip jika dikatakan kelas
buangan. Meskipun masih ada siswa yang baik, tapi siswa yang bandel juga tidak
sedikit.
Mungkin karena sering mendengar teman laki-laki dikelasku
mengumpat, baik hanya karena sekedar bercanda atau memang sedang marah. Tapi
kondisi itulah yang harus aku lihat hampir setiap hari sejak aku kelas XI sampai lulus, sehingga aku pun ikut-ikutan
mengumpat.
Jago Bidang Seni, Tapi Dikatain Bodoh
Aku senang menggambar, melukis, atau apapun yang berhubungan
dengan seni. Tapi pernah suatu kali, pelajaran seni lukis yang diajarkan guru
seniku rada-rada membosankan. Mungkin karena sudah sangat bosan, cat air yang
masih basah di kertas gambar pun aku usap secara barbar.
Sontak saja, guru seni ku pun sedikit marah dengan caraku
tersebut. Bahkan, aku dikatain bodoh sama beliau dan disuruh ulang buat lukisan
baru dengan teknik membosankan yang sama. Akhirnya aku buat lagi, walaupun
dengan setengah hati. Tapi herannya, setelah dinilai karya lukisan aku dapat A.
Aneh !
Disuruh Ganti Nama Sama
Pengawas Ujian
Sampai sekarang, mungkin sebagian orang yang asing dengan
namaku pasti salah melafalkan namaku tersebut. Tidak terkecuali dengan pengawas
ujian nasionalku dulu. Saat mengabsen, namaku agak susah dia sebut. Bahkan, dia
melontarkan kalimat yang menurutku sedikit kurang baik. Katanya, “namamu
diganti saja, tidak usah yang susah-susah, karena banyak pilihan nama yang
gampang disebut”. Ya elah, emang ini nama bukan dari orangtua aku, seenak
dengkulmu nyuruh aku ganti nama.
Dulunya, setiap aku melihat berita kelulusan di TV yang ada
nangis-nangisnya, pasti aku anggap berlebihan. Tapi itu semua berubah, saat aku
mengalaminya sendiri.
Semua kelas XII dikumpulkan di aula sekolah. Seperti biasa,
diawali pembacaan do’a serta sesi perenungan diri. Selanjutnya sesi yang paling
inti, pembagian amplop dengan isi LULUS/TIDAK LULUS. Sumpah, moment itu
merupakan salah satu moment yang cukup menegangkan buatku. Apalagi pas sesi
perenungan dibahas tentang dosa kepada orangtua. Jelas, terbayang-bayang jika
aku tidak lulus, orangtuaku pasti kecewa.
Tangan sudah gatal ingin buka amplopnya, kepala sekolah
bilang jangan dibuka dulu. Alhasil, aku menempuh cara “menerawang” isi amplop.
Puji syukur, yang tertulis LULUS/TIDAK LULUS ^_^))/ Senang dan bahagia pun
terluap dalam tangisan hari itu.
====================================================================
Nah, itulah 1001 kisah masa remajaku di masa SMA ku dulu.
Sebenarnya masih baaaaanyak ! Bahkan, untuk mencocokkan dengan judul 1001 kisah
pun, postingan ini masih kurang ^_^))”> Tapi itulah kisah nostalgia SMA-ku.
Ada yang senang karena bertemu si senior lagi, ada yang menjengkelkan karena
disuruh ganti nama dan dikatain bodoh, tapi ada pula yang penuh haru dan
kebahagiaan saat lulus ^_^))/
wah... seru banget... hihihi lengkap manis-asem-asinnya.
BalasHapusbtw aku jg dulu pernah sekolah di lab, padahal lab nya pengap bangeeet.. sama krn reniv juga :P
makasih banyak, Mba sudah ikut GA saya ^^
kisah SMA ku kayak permen nano-nano mbak.. ^_^))">
BalasHapus" You can get a lot of inspiration from this page, also visit my website
BalasHapusSAGATOTO"
istanaliga
BalasHapusistanaliga the best online gaming site that is most popular with gamers around the world